Gunung Muria, Air Terjun Montel & Mata Air Tiga Rasa
0 comments Posted by Snd's at Sunday, May 29, 2011Karena hari sudah menjelang sore, kami putuskan untuk mencari penginapan terlebih dahulu dan menaruh perlengkapan kami. Ternyata satu-satunya hotel yang agak lumayan (referensi dari supir angkot yang kami tumpangi) dan paling strategis sudah penuh, yang ada hanya ruang meeting kecil yang bisa disulap menjadi kamar jika memang diperlukan. Kami tidak punya pilihan lain karena mau cari penginapan lain sudah malas. Kamarnya pun cukup besar untuk kami bertiga dan dapat 2 kasur yang besar, TV, air mandi hangat, lumayan lah...untuk harga 250 ribu rupiah. Sebenarnya kalau ukuran sana terbilang cukup mahal, mengingat kamar dihotel tersebut ada yang berharga 100 ribu, bahkan kamar ala dormitory tersedia dengan harga yang sangat bersahabat sekitar 50 ribu.
Makam Sunan Muria
Pemandangan dari puncak Makam Sunan Muria
Tangga menuju makam Sunan Muria
Jalan kearah makam adalah berupa anak tangga yang semakin keatas semakin berkelok dan lumayan curam. Sangat disayangkan disepanjang anak tangga dari gerbang bawah sampai keatas, sisi kanan-kirinya dipenuhi 'pasar' yang berupa kios-kios mulai dari cinderamata, pakaian, makanan dan sebagainya. Sedangkan atapnya tertutup atap seng dan asbes agar para peziarah yang sedang menaiki tangga tidak kehujanan dan kepanasan. Namun akibatnya udara menjadi 'ungkep' seperti kurang ventilasi dan dan agak gelap. Sedangkan aroma yang tercium disepanjang anak tangga ini hanyalah bau cat textile yang lumayan menggangu dan bikin sesak napas bagi yang yang tidak biasa seperti saya, terutama jika kita sedang 'ngos-ngosan' menata pernapasan karena kelelahan. Saya sendiri sempat beberapa kali berhenti dan 'ngelesot' di emperan kios untuk istirahat karena kunang-kunang dan sesak napas karena kelelahan, ditambah rasa mual mencium bau cat textile, mungkin bisa pingsan jika saya paksakan. Bayangan saya saat naik adalah menghirup udara segar sambil naik tangga ke puncak makam, tapi ternyata pasar di kanan-kiri anak tangga tiada berujung.
Barulah sesampainya dimasjid tempat makan Sunan Muria saya merasa tenang dan bisa menikmati udara pegunungan. Kami berwudhu lalu sholat ashar dan berziarah dimakam Sunan.
Oya, menuju ke Makam Sunan Muria dapat di tempuh dengan 2 cara; yaitu dengan menaiki anak tangga seperti kami atau naik ojeg. Tentu cara kedua tidak kami sarankan mengingat jalan yang menanjak dan gaya tukang ojek disana persis pembalap hehehe... hiiy... seram.
Air terjun Motel & Mata Air Tiga Rasa
Esok harinya kami bangun pagi-pagi sekali. Kami memutuskan untuk langsung check out hotel karena kami khawatir kembali baru sore hari. Destinasi pertama kami adalah grojogan atau air terjun Montel yang menurut 'narasumber' kami, jaraknya tidak jauh dari hotel. Kami berjalan menyusuri jalan raya menanjak sampai bertemu petujuk arah ke air terjun yaitu belok kanan keluar jalan utama dan mengikuti jalan setapak bebatuan yang makin lama makin menurun. Saat itu masih jam 6 pagi sehingga area tersebut masih agak gelap oleh rimbunnya pepohonan . Pos penjagaan pun belum ada orang sehingga kami terpaksa masuk tanpa membayar hehehe.... (kalau tidak salah harga tiketnya Rp 3000). Disisi kiri jalan setapak berupa tebing yang ditumbuhi rimbunan semak dan pepohonan, sedang sebelah kanan kami jurang yang curam. Agak serem juga belum ada seorang pun yang kami temui di jalan tersebut. Tapi perasaan seram makin lama berganti dengan takjub karena indahnya pemandangan. Napas kamipun dimanjakan dengan udara segar yang kami hirup dan harumnya embun semak dan pepohonan yang hari sebelumnya diguyur hujan. Kamipun sibuk mengambil gambar sambil menuruni jalan setapak.
Dari kejauhan terdengar suara gemuruh yang menandakan air terjun tidak jauh lagi. Kami bergegas, makin lama jalanan menurun berganti menjadi anak tangga dari batu-batuan yang disemen yang memang sudah dibuat sedemikian rupa untuk memudahkan para pelancong. Tanpa 'babibu' kami langsung menceburkan diri kesungai dan kolam dekat air terjun, rasanya seperti air terjun pribadi karena hanya ada kami bertiga ditemani suara-suara kera yang sayangnya tidak mau menampakkan diri, padahal menurut penduduk lokal sekitar jam 6 pagi masih banyak kera yang turun ke air terjun. Belum berapa lama kami main air, segerombolan orang datang, lalu datang lagi beberapa keluarga. Saya kaget, ternyata air terjun yang kami kira sepi pengunjung jadi seperti pasar dengan teriakan-teriakan anak kecil yang main air. Rasanya jadi tidak asik lagi sehingga kami buru-buru naik untuk melanjutkan perjalanan.
To be continued...
Labels: travel
Saat mulai menulis ini kandungan saya sudah menginjak minggu ke 13 atau tiga bulan lebih 1 minggu, namun karena keadaan saya tidak memungkinkan untuk menulis dan otak betul-betul beku, maka tulisan ini saya simpan sebagai draft dan akan saya teruskan jika saya mampu.
Baru bisa menulis lagi dan sekarang sudah minggu ke 19. Dulu, pada waktu kehamilan menginjak bulan pertama ternyata saya merasakan apa yang disebut 'morning sickness' atau mual-mual khas ibu hamil. Untungnya tidak separah seperti yang dirasakan oleh rekan kerja saya yang kehamilannya 1,5 bulan lebih tua dari saya, ia sampai bulan ke-3 masih bolak-balik kerumah sakit untuk opname karena tidak bisa makan dan selalu muntah. (oya, dulu saat ia baru positif, sering dengan sengaja perutnya diadu-adu ke perut saya, katanya biar menular, well, percaya atau tidak 1.5 bulan kemudian sayapun positif hamil :)). Sedangkan keadaan saya Alhamdulillah hanya sebatas mual sepanjang hari, sesekali muntah jika mencium bau aneh-aneh dan makan terlalu banyak. Selain itu sehari-hari cuma inginnya tiduran dan bersantai, padahal posisi saya waktu itu masih bekerja, untunglah rekan kerja dan atasan maklum adanya kalau sedang melihat saya tepar. Hanya saja lama kelamaan saya maskin stress dengan pekerjaan yang menuntut intensitas tinggi namun kondisi saya sangat tidak memungkinkan, sehingga banya pekerjaan terbengkalai dan menambah beban pikiran saya. Sebelum makin parah akhirnya pada bulan ke-3 kehamilan, saya memutuskan menulis surat ke atasan saya untuk rehat sejenak dan resign dari pekerjaan saya, tentunya setelah berkonsultasi dengan suami tercinta mengenai resiko dan kondisi keuangan kami nantinya. kami memutuskan ini yang terbaik untuk saya dan calon bayi kami, apalagi saya ingin menikmati kehamilan yang telah lama kami tunggu ini. Saya pun sebenarnya tidak semata leha-leha dirumah, namun banyak pekerjaan yang bisa saya lakukan untuk membantu usaha suami saya yang belum lama kami rintis ini. Namun jauh lebih santai dan waktu dan ritme kerjanya pun bisa saya atur sendiri, kapan kondisi saya sedang baik :).
Mengenai rujak, yang katanya makanan andalan ibu saat ngidam tidak terlintas di keinginan saya. Hanya 3 kali saya beli rujak. Sedangkan buah mangga yang agak asam memang saya makan untuk obat mual. Itupun hanya sesekali saja. Ngidamnya pun tidak sampai menyusahkan suami atau orang serumah. Pernah satu malam sekitar jam 10.30 malam saya merasa lapar dan gelisah, tiba-tiba ingin makan lontong opor. Saya minta ke suami tapi apa daya suami masih rapat penting bersama teamnya, dan karena sudah malam suami merayu supaya besok saja dicarikan, malah ibu saya sampai turun tangan dan berjanji besok masak lontong opor untuk saya.. Sebenarnya ingin saya menangis dan merengek ke suami tapi tidak tega jika menyusahkan dia, dan logika saya, siapa juga yang jual lontong opor jam segini... maka saya berusaha setuju dan tidur sambil menangis dan membayangkan lontong opor hehehe.... Besoknya lontong opor sudah tersedia, tapi kok sudah berasa biasa saja alias keinginan saya tidak sedahsyat tadi malam, tapi ya sudahlah saya makan saja.... :)
Selain lontong opor , sebenarnya banyak keinginan-keinginan ngidam saya yang lain, walau hanya sebatas makanan. Suami dengan setia mengantarkan kemanapun yang saya inginkan. Namun ada 2 keinginan saya yang tidak terpenuhi, yaitu keinginan makan sayur asem ditemani cumi goreng dan sambel terasi di warung haji Sadelih di Pabuaran, Cimone. Sayangnya suami saya sedang sibuk-sibuknya karena banyak masalah di produksinya sehingga lagi-lagi saya tidak tega menambah beban pikirannya. Satu lagi, ini agak aneh, saya ingin makan tumis toge yang dimasak oleh kakak suami saya dengan rasa yang persis sama seperti yang saya ingat saat pertama kali makan tumis toge buatannya waktu mudik Lebaran tahun lalu ke Pati, jawa Tengah. Ini sebenarnya mungkin saja, karena kakaknya hanya tinggal 1.5 jam dari rumah saya, tapi saya (lagi-lagi) tidak tega karena suami yang sedang sibuk dan kakaknya yang tiap hari pulang kerja larut malam saya harus repotkan dengan tumis toge. Ah.. lebih baik saya tahan saja... mudah-mudahan si'dede' justru menjadi anak yang pandai menahan diri terhadap keinginannya.
Sekarang kehamilan saya menginjak minggu ke 19 atau jalan bulan ke-5. Dan terhitung sudah 1 bulan 8 hari saya bekerja dirumah. Hari ini saya kontrol ke dokter dan hasilnya tekanan darah saya yang dulu sempat naik kini kembali normal, pikiran lebih rileks dan dan saya lebih bisa merawat diri. Oya, sejak sebulan yang lalu saya sudah mengalami pigmentasi seperti kulit dileher telihat kumal dan agak bersisik. Juga jerawat yang banyak timbul di sekitar bahu, punggung dan bawah pinggang. Bekasnya pun jadi hitam-hitam. Pusar juga terlihat hitam, padahal sebelum hamil tidak begitu. Kami menduga si 'dede' ini laki-laki, ternyata melalui USG tadi kata dokter perempuan, walau belum yakin 100%, artinya yang nampak nantinya masih bisa berubah. Saya dan suami tidak begitu mempedulikan apakah bayi ini laki-laki atau perempuan, yang terpenting ia sehat dan ia adalah buah hati kami tercinta.
Namun, ada satu hal yang masih menjadi pikiran saya, kurang lebih sebulan yang lalu, suami terserang campak. Tidak diketahui campak biasa atau campak jerman (rubella) yang bisa menyerang bayi dalam kandungan (kami berdoa itu bukan Rubella), namun dokter memberi rujukan untuk tes darah sehinngga bisa ambil tindakan pengobatan jika memang positif tertular rubella. Saya sendiri sudah pernah terkena campak, tapi tidak tahu campak apa.
Ya Allah... kami pasrahkan segalanya hanya kepadamu... jauhkanlah bayi kami dari segala penyakit dan berikanlah ia kesehatan... jadikanlah ia bayi yang sehat, normal dan tumbuh menjadi anak yang soleh/a, berbakti kepada orang tua dan berguna bagi umat... Amin...
Labels: kehamilan
"Letter to my husband"
Seseorang yang memberi pengaruh besar dalam hidupku sejak tujuh tahun ini, telah memberiku banyak pengetahuan, dan menuntunku pada kesadaran tentang kebenaran dan makna hidup yang singkat ini.
Kebahagiaan yang selama ini aku kenali dengan samar-samar dan selalu kucari-cari, ternyata berada dekat sekali dan hampir dimana-mana.
Kebahagiaan yang bukan kebendaan melainkan rasa syukur terhadap apa yang aku miliki.
Dalam hubungan yang sangat spesial, indah dan sederhana,
telah menyatukan banyak perbedaan, menerima kekurangan dan membulatkan tujuan untuk selalu menjaga dikala senang dan susah.
Terimakasih Sayang... i love you everyday...
~andriani~
Labels: sastra
Ternyata di Tayu cuaca sedang panas-panasnya... apalagi Kali kalong termasuk dekat dengan pesisir pantai. Benar-benar hot! Setiap hari tidak betah dirumah karena seperti kepiting rebus rasanya... paling enak ngadem sambil naik motor kena semilir angin jalan-jalan melewati sawah dikanan kiri dan pohon-pohon kelapa yang memang banyak sekali disana. Baru beberapa hari kulit langsung hitam kemerahan terbakar matahari.
Bertemu Ibu mertua untuk yang kedua kalinya, seperti dijamu bak anak kesayangan saja.. (jadi enak..). Ibu mertua saya memang baik sekali dan renyah tertawanya.. Beliau kelihatan bahagia dan nampak tanpa beban dikehidupannya yang sederhana dan bersahaja. Dan ini untuk pertama kali saya dikenal-kenalkan ke saudara-saudara suami, hampir tiap rumah kami sambangi untuk silaturahim tapi anehnya tiap dirumah, suami saya bilang ini saudara, wah hebat... berarti sekampung saudara semua ya :)
Malam hari biasanya kami jalan-jalan ke pasar Tayu, disana layaknya pasar biasa, tapi yang tuju ini adalah makanan khas Pati yang sebelumnya sudah sering saya dengar tapi belum pernah mencoba. Nasi Gandul, konon disebut nasi gandul karena penyajiannya di piring yang sudah dialasi daun pisang berbentuk bulat, jadi nasinya gandul :) hehehe...
Diatas nasi ditambahkan pelengkap seperti empal, otak goreng, perkedel dan aneka jeroan ayam atau sapi yang dipotong-potong dan ditabur diatas nasi layaknya toping, lalu disiram dengan kuah santan dan kecap. Jika suka pedas bisa ditambahkan sambal dari cabe rawit (saya tahu karena warnanya hijau). Rasanya jangan ditanya, biasanya saya tidak suka makanan bersantan, tapi khusus nasi gandul di warung kaki lima yang berada dipertigaan pasar Tayu persis di depan kios makanan ringan tersebut betul-betul nagih! Malam berikutnya saya datang kemalaman kewarung tersebut, dan ini bukan malam keberuntungan saya karena nasi gandulnya sudah habis. Akhirnya kami cari warung yang lain, agak menyesal juga, ternyata rasanya tidak senendang warung yang pertama, malah eneg karena santannya kelewat pekat. Kesimpulannya berarti resep diwarung pertama sudah cocok dengan lidah saya dan suami, jadi keesokan harinya kami datang lebih sore hehehe...
Labels: travel
Bakat lain yang menjadi favorit saya adalah Hudson. Laki-laki asal Yogyakarta ini memiliki bakat 'two faces' yang unik tampil sebagai Hudson dan Jessica. Menurut saya Hudson dilahirkan sebagai seniman sejati. Walau tampil setiap minggu namun dia tidak kehabisan ide dan selalu tampil total. Hampir setiap penampilannya saya sukai., tapi yang menjadi favorit saya adalah saat Hudson membawakan lagu Bang Benyamin.
Favorit saya yang lain adalah Klantink. Group kroncong ini beranggotakan pengamen jalanan asal Surabaya, namun meski demikian musikalitas Klantink sangat hebat dan orisinil. Hal ini diakui oleh juri-juri maupun juri tamu yang pernah hadir di IMB. Keunikan lain Klantink bisa menyulap barang-barang yang tidak lazim menjadi alat musik yang enak didengar, seperti becak dan motor, bahkan memainkan kacang hijau didalam tampah yang menghasilkan bunyi-bunyian yang unik namun tetap harmonis. Bagi saya, Klantink kalah atau menang, mereka telah menjadi inspirasi bagi banyak orang dengan latar belakang kehidupan dan bakat mereka. Bahwa setiap orang pasti punya kesempatan untuk menjadi 'sesuatu' asalkan mau berusaha dan belajar dan jeli terhadap peluang. Mudah-mudahan ada produser yang tertarik untuk merekam musik Klantik.
Nikmati penampilan Putri Ayu di video ini...
Labels: entertainment