Ini sudah yang kedua kalinya saya merengek kepada suami tercinta minta mudik lagi ke kampung halaman suami saya yang sekarang begitu saya rindukan. Kota Pati, tepatnya kabupaten Tayu desa Kali kalong. Suami saya asli berasal dari desa tersebut dan merantau ke Jakarta. Kami bertemu ketika kami masih kos di rumah kos yang sama, rumah kos yang berderet-deret ala petakan yang berisi 24 kamar, bahkan beberapa teman sampai setelah menikah masih tinggal disana. Lucu jika dikenang, bertemu jodoh dikos-kosan! :)
Sekitar 3 tahun yang lalu, ini menjelang lebaran pertama bersama suami. Kami naik bus nusantara jurusan Pati. Perjalanan yang sangat nyaman kurasa, kami beruntung tidak menghadapi kemacetan yang berarti, selisih beberapa jam saja hasilnya akan lain. Rasanya seingatku saya tidak tidur di bis karena sayang kalau perjalanan ini tidak saya nikmati, apalagi dengan suami tercinta. Esok paginya kami sudah berada di Pati, lalu menyambung naik bus ke arah Tayu, dan dilanjutkan dengan naik andong sampai kerumah.
Ternyata di Tayu cuaca sedang panas-panasnya... apalagi Kali kalong termasuk dekat dengan pesisir pantai. Benar-benar hot! Setiap hari tidak betah dirumah karena seperti kepiting rebus rasanya... paling enak ngadem sambil naik motor kena semilir angin jalan-jalan melewati sawah dikanan kiri dan pohon-pohon kelapa yang memang banyak sekali disana. Baru beberapa hari kulit langsung hitam kemerahan terbakar matahari.
Bertemu Ibu mertua untuk yang kedua kalinya, seperti dijamu bak anak kesayangan saja.. (jadi enak..). Ibu mertua saya memang baik sekali dan renyah tertawanya.. Beliau kelihatan bahagia dan nampak tanpa beban dikehidupannya yang sederhana dan bersahaja. Dan ini untuk pertama kali saya dikenal-kenalkan ke saudara-saudara suami, hampir tiap rumah kami sambangi untuk silaturahim tapi anehnya tiap dirumah, suami saya bilang ini saudara, wah hebat... berarti sekampung saudara semua ya :)
Malam hari biasanya kami jalan-jalan ke pasar Tayu, disana layaknya pasar biasa, tapi yang tuju ini adalah makanan khas Pati yang sebelumnya sudah sering saya dengar tapi belum pernah mencoba. Nasi Gandul, konon disebut nasi gandul karena penyajiannya di piring yang sudah dialasi daun pisang berbentuk bulat, jadi nasinya gandul :) hehehe...
Diatas nasi ditambahkan pelengkap seperti empal, otak goreng, perkedel dan aneka jeroan ayam atau sapi yang dipotong-potong dan ditabur diatas nasi layaknya toping, lalu disiram dengan kuah santan dan kecap. Jika suka pedas bisa ditambahkan sambal dari cabe rawit (saya tahu karena warnanya hijau). Rasanya jangan ditanya, biasanya saya tidak suka makanan bersantan, tapi khusus nasi gandul di warung kaki lima yang berada dipertigaan pasar Tayu persis di depan kios makanan ringan tersebut betul-betul nagih! Malam berikutnya saya datang kemalaman kewarung tersebut, dan ini bukan malam keberuntungan saya karena nasi gandulnya sudah habis. Akhirnya kami cari warung yang lain, agak menyesal juga, ternyata rasanya tidak senendang warung yang pertama, malah eneg karena santannya kelewat pekat. Kesimpulannya berarti resep diwarung pertama sudah cocok dengan lidah saya dan suami, jadi keesokan harinya kami datang lebih sore hehehe...
Ternyata di Tayu cuaca sedang panas-panasnya... apalagi Kali kalong termasuk dekat dengan pesisir pantai. Benar-benar hot! Setiap hari tidak betah dirumah karena seperti kepiting rebus rasanya... paling enak ngadem sambil naik motor kena semilir angin jalan-jalan melewati sawah dikanan kiri dan pohon-pohon kelapa yang memang banyak sekali disana. Baru beberapa hari kulit langsung hitam kemerahan terbakar matahari.
Bertemu Ibu mertua untuk yang kedua kalinya, seperti dijamu bak anak kesayangan saja.. (jadi enak..). Ibu mertua saya memang baik sekali dan renyah tertawanya.. Beliau kelihatan bahagia dan nampak tanpa beban dikehidupannya yang sederhana dan bersahaja. Dan ini untuk pertama kali saya dikenal-kenalkan ke saudara-saudara suami, hampir tiap rumah kami sambangi untuk silaturahim tapi anehnya tiap dirumah, suami saya bilang ini saudara, wah hebat... berarti sekampung saudara semua ya :)
Malam hari biasanya kami jalan-jalan ke pasar Tayu, disana layaknya pasar biasa, tapi yang tuju ini adalah makanan khas Pati yang sebelumnya sudah sering saya dengar tapi belum pernah mencoba. Nasi Gandul, konon disebut nasi gandul karena penyajiannya di piring yang sudah dialasi daun pisang berbentuk bulat, jadi nasinya gandul :) hehehe...
Diatas nasi ditambahkan pelengkap seperti empal, otak goreng, perkedel dan aneka jeroan ayam atau sapi yang dipotong-potong dan ditabur diatas nasi layaknya toping, lalu disiram dengan kuah santan dan kecap. Jika suka pedas bisa ditambahkan sambal dari cabe rawit (saya tahu karena warnanya hijau). Rasanya jangan ditanya, biasanya saya tidak suka makanan bersantan, tapi khusus nasi gandul di warung kaki lima yang berada dipertigaan pasar Tayu persis di depan kios makanan ringan tersebut betul-betul nagih! Malam berikutnya saya datang kemalaman kewarung tersebut, dan ini bukan malam keberuntungan saya karena nasi gandulnya sudah habis. Akhirnya kami cari warung yang lain, agak menyesal juga, ternyata rasanya tidak senendang warung yang pertama, malah eneg karena santannya kelewat pekat. Kesimpulannya berarti resep diwarung pertama sudah cocok dengan lidah saya dan suami, jadi keesokan harinya kami datang lebih sore hehehe...
Labels: travel
Subscribe to:
Posts (Atom)